Langsung ke konten utama

Bayang Ketakutan (1)

Bayangan Ketakutan

Oleh: Aidi Kamil Baihaki 

Aurel, puteri kecil yang pemalu. Hampir menutup diri dari pergaulan teman sebayanya. Dia anak pintar, tapi mentalnya terselubung rasa takut.

Kelas 4 SD, ayah memintanya pindah sekolah saja. Menurutnya lingkungan sekolah yang baru kelak akan lebih sesuai untuk mengembangkan sikap optimis dan kepercayaan diri.

Awalnya Aurel menolak pindah. Dia kuatir tidak akan betah di lingkungan baru. Beradaptasi pada orang baru berarti mengubah kebiasaan menjadi baru. Itu hal sulit. Ayah pun paham hal itu. Tapi tuntutan memberikan pengalaman terbaik agar menjadi anak yang mandiri adalah hal wajib bagi si ayah.

Karena setengah dipaksa, akhirnya Aurel bersedia pindah sekolah.

Hari pertamanya sangat berat. Anak pemalu yang tiba-tiba menjadi sorotan mata semua guru dan seisi sekolah terasa sangat tidak nyaman. Tentu saja, di manapun, orang baru akan menyita perhatian penghuni lama. Meskipun orang baru tersebut sebenarnya tidak mempunyai keistimewaan apapun.

Ayah memohon pada guru yang menjadi wali kelas Aurel untuk menempatkan Aurel di posisi terdepan di deretan bangku kelasnya. Harapannya agar Aurel tidak banyak melamun.

Beberapa teman sekelas Aurel juga didekati dan diminta tolong untuk membantu Aurel merasa akrab.

Tiga hari kemudian pada saat jam istirahat pertama sekolah, salah satu guru melaporkan lewat telpon bahwa Aurel demam. Padahal tadi pagi, kondisinya normal saja.

Ayah yakin bahwa sakitnya Aurel akibat faktor pikiran. Mungkin dia merasa tertekan. Tapi apa boleh buat... Dari pada kelak Aurel tetap dengan kondisi pemalu begitu, lebih baik mengarahkannya untuk berubah walaupun nyaris dengan cara pemaksaan.

Setelah dua hari sakit, Aurel sembuh kembali. Kali ini dia mau kembali bersekolah setelah ayah menjanjikan, “Kamu bersekolah di situ untuk 1 minggu saja. Jika setelah itu tetap belum betah, kamu boleh minta pindah lagi.”

Aurel setuju.

Waktu seminggu itu benar-benar digunakan Aurel untuk lebih banyak mengenal teman baru. Dia sangat yakin bahwa minggu depan sudah tidak di sekolah itu lagi.

Ketika ayahnya memintanya untuk membuat kesan mendalam di hati teman-temannya yang akan ditinggalkannya kelak, Aurel merasa harus membuat hal-hal menyenangkan bersama mereka. Itu akan menjadi kenangan bagi dirinya dan mereka.

Seminggu tidaklah lama. Aurel harus berusaha sebaik mungkin dan sebisanya untuk meninggalkan jejak manis dalam hati semua temannya.

Seminggu kemudian, justeru menjadi aneh...

Aurel tidak mau pindah sekolah. Dia telah menemukan sahabat yang baik, permainan bersama yang menyenangkan dan suasana yang lebih seru dari pada di sekolah sebelumnya. 

Seminggu ternyata bukanlah waktu singkat untuk orang yang kebingungan. Tapi seminggu juga bukan waktu yang lama bagi orang yang memang memanfaatkannya untuk menemukan kesenangan. 

Ternyata Aurel menemukan jati dirinya hanya dalam seminggu.

Hampir semua teman perempuan di kelasnya memperlakukannya dengan baik. Mereka berebut menjadikan Aurel sebagai anggota kelompok masing-masing ketika bermain gobak sodor di sela-sela waktu istirahat.

Mereka berebut untuk menggandeng tangannya ketika bel istirahat berbunyi dan serentak semua siswa menghambur menuju kantin sekolah.

Tujuan pertama membuat Aurel betah sudah selesai. Berikutnya, membuat Aurel berani tampil di depan teman-teman dan para gurunya, menjadi tujuan kedua.

Ayah mendekati Pak Yudi yang selalu mengatur mengatur siswa dalam mempersiapkan pelaksanaan upacara bendera setiap hari Senin. 

Ayah memohon Pak Yudi menunjuk Aurel sebagai salah satu petugas upacara. Ternyata permohonan itu disetujui, Aurel ditugaskan untuk membaca doa. Suaranya terdengar gugup, samar dan grogi.

Saat pulang, ayah bertanya, “Bagaimana tadi pagi di sekolah? Seru?”

Aurel agak bingung menangkap maksudnya.

“Tadi waktu upacara itu, lho. Kamu jadi petugas upacara bagian berdoa...”

Aurel tersenyum malu. Dia tak menyangka kalau ayah menungguinya saat itu, di balik pagar sekolah.

“Nak, kemaren-kemaren... Andaikan kamu ditawarkan untuk menjadi petugas upacara, pasti kamu tolak. Tapi karena tadi itu adalah perintah, maka kamu lakukan meskipun dengan perasaan takut dan malu.”

Ayah membelai rambut Aurel. Dia berusaha membuat Aurel merasakan bahwa hari ini anaknya itu telah membuatnya bangga.

“Sebelum kamu tampil, pasti kamu berpikir macam-macam. Pikiran ketakutan. Tapi begitu selesai melakukannya, anggapan kamu pasti sudah berubah; ‘oh, ternyata hanya segitu, ya?’ Hal yang kamu takutkan, ternyata Cuma hal kecil yang sepele. Hanya bayangan perasaan yang bisa dengan mudah kamu atasi. Dan ayah yakin, besok dan besok lagi kamu ingin merasakan sensasi deg-degan yang sama, dan ingin menaklukkannya dengan lebih mudah. Hingga pada saatnya nanti kamu justeru akan menyepelekannya dan menganggap hal itu justeru tidak ada apa-apanya.” 

Aurel mengangguk kecil. Nampaknya hati kecilnya memang merasakan seperti yang diucapkan ayah. 

Ketika bulan Agustus, biasanya di tiap kecamatan diadakan lomba gerak jalan untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan.

Aurel yang perawakannya lebih kecil dari teman-teman sekelasnya, ditunjuk pula untuk ikut lomba dan dimasukkan ke regu A.

Tapi rupanya jiwa penakutnya belum benar-benar pergi.

Aurel menolak. Alasannya, dia masih terlalu kecil. Mengikuti gerak jalan menempuh jarak hingga 10 kilometer pasti tidak kuat.

Bu Guru Imar yang menjadi koordinator latihan menyampaikan penolakan Aurel pada ayah. Dengan tersenyum memohon pengertian, ayah berkata, “Jangan dipaksa, Bu. Tidak usah memasukkan Aurel dalam anggota regu. Masukkan dia di cadangan saja.”

Bu Imar memang bijak. Beliau setuju, mengingat perawakan Aurel memang lebih kecil. Karena sebenarnya Aurel masih berumur selisih setahun dari teman-teman di kelasnya. Aurel kelas 1 SD pada umur 6 tahun.

“Tapi tolong Aurel selalu diajak untuk latihan, Bu!” Pinta ayah.

Ketika malam, di rumah ayah bertanya pada Aurel, kenapa tidak mau ikut menjadi peserta regu gerak jalan.

urel terkejut karena ayah mengetahui hal itu. Dia tak menjawab. Terlihat seperti kuatir dimarahi. 

“Begini, Rel. Tidak apa-apa menolak ikut. Paling banter kamu hanya dijadikan cadangan. Tapi Ayah pastikan gurumu tidak akan menyuruh kamu ikut lomba gerak jalan. Tidak akan dipaksa!” 

Aurel mendongak menatap ayah, dia mencari kepastian itu benar-benar terlihat. 

“Tapi... Kamu harus ikut latihannya!”

“Siap!” Seru Aurel senang.

Seminggu menjelang lomba, ayah menyarankan pada Bu Imar agar latihan gerak jalan menempuh jarak 5 kilometer, pulang – pergi. Dan Aurel harus mengikuti. 

Ayah menjemput Aurel sore hari setelah latihan selesai. 

Terlihat Aurel sedang kejar-kejaran dengan beberapa temannya. 

Segera larinya terhenti dan membelok arah menuju ke ayah. 

“Hmmm... Selesai latihan, kok malah lari-lari. Apa tidak capek?”

“Capek dari mana, cuma jalan satu setengah jam.” Bantah Aurel.

“Oh, jadi tidak capek ya?” 

Aurel tersenyum yakin, bangga dan kemudian mengangguk. 

“Jadi sebenarnya kamu kuat, kan? Baru sadar ya?” Tukas ayah.

Aurel tertegun lalu menggaruk kepalanya.

“Iya, Yah! Aurel kok kuat?” Katanya dengan mimik heran, kemudian melompat kegirangan. 

Akhirnya Aurel _atas saran ayah_ mendatangi Bu Imar dan meminta ikut masuk menjadi peserta regu lomba gerak jalan, tapi di regu B. 

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Galeri Ramadhan

Pondok Ramadlan SDN 3 Buduan 30 Maret 2023  SDN 3 Buduan Suboh, yang awalnya merencanakan akan melakukan kegiatan Pondok Ramadhan pada tanggal 17-19 April 2023, sesuai anjuran Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, akhirnya memajukan pelaksanaan pada hari ini, Kamis 30 Maret hingga 2 April 2023. Bpk. Abdi Rasa menjadi ketua panitia kegiatan Pondok Ramadhan karena beliau adalah guru PAI di sekolah ini. Sekretaris kegiatan adalah Bpk. Lutfi Aziz, dan bendahara adalah Bpk. Aidi Kamil Baihaki. Kegiatan diawali dengan pelaksanaan shalat dhuha berjamaah. Kemudian dilanjutkan dengan seremonial pembukaan kegiatan, dipimpin oleh Ibu Rumiyati selaku kepala sekolah SDN 3 Buduan, dan doa dipimpin oleh Bpk. Lutfi Azis. Berlanjut dengan pemberian  wawasan tentang materi puasa, oleh Bpk. Abdi Rasa. Selesai materi di kelas, siswa melaksanakan tadarrus Al-Qur'an dengan dibagi menjadi kelompok putera dan kelompok puteri. Setiap siswa membaca 4 ayat dari Al-Qur'an secara bergantian. Teman yang lai

Hanya Iseng

 Lazisnu Mlandingan bersama jajaran pengurus di MWCNU Mlandingan dan semua Ketua dan Sekretaris Ranting NU di kecamatan Mlandingan melakukan kegiatan NU Berbagi pada Rabu 27 April 2022, jam 16.00 WIB di sekretariat MWCNU Mlandingan. Dokumentasi resmi bisa dikulik pada Blog NU Mlandingan Online di semua platform media sosialnya. Di sini saya hanya menempel jepret kamera hasil keisengan saja. Saya mengedit kembali semua hasil rekaman agar lebih menarik, sekaligus mencoba untuk mengakrabi fitur-fitur penyerta di hape Vivo Y51 yang baru saya beli sekitar sepuluh hari yang lalu. Saya mengeditnya sambil tertawa-tawa sendiri, ternyata banyak hasil jepretan yang lucu. Tiba-tiba timbul niat mempostingnya untuk berbagi tawa dengan pengunjung blog saya. Semoga mereka yang terekam tidak marah pada saya. Karenanya, saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.  Ampunilah saya! Walau ngantuk, tetap hadir karena jiwa militan Selalu ada tawa di setiap kebersamaan Berkiprah tak harus kaprah Niatnya sel

Kelas 5-ku

Selasa, 19 Juli 2022, hari kedua saya di SDN 3 Buduan. Tadi saya mengetes kemampuan siswa menulis dan membaca bilangan. Hanya tiga siswa yang salah menulis bilangan ratusan. Lima ratus enam ditulis 5006. Mayoritas siswa bisa melakukan dengan benar. Dalam kemampuan membaca bilangan, nilai tempat tertinggi yang bisa dibaca hanyalah puluh ribuan. Tidak ada yang bisa membaca bilangan 213458, mereka nampak bingung. Padahal Elit yang masih TK sudah bisa membaca bilangan hingga milyaran. Saya menuliskan 123456789 di papan tulis. Saya minta mereka menyebutkan bilangan tersebut, jika benar akan mendapat hadiah. Tidak ada yang mau menjawab. Sekedar memberanikan diri untuk coba-coba juga tidak ada. Entah karena status saya sebagai guru baru yang membuat mereka agak canggung, atau memang ada masalah mental di sini. Dengan penuh keyakinan saya katakan, "Hari ini kalian akan bisa membaca bilangan ini. Hanya dalam satu-dua menit saya ajarkan." Saya letakkan titik di setiap tiga digit di bil