Menulis di Hari Pertama
Oleh: Aidi Kamil Baihaki
Ini hari pertama saya menulis untuk lomba menulis di blog yang pesertanya adalah anggota PGRI. Even yang berdurasi mulai tanggal 1-28 Februari 2021 ini sudah menantang sejak hari pertama. Saya katakan demikian sebab saya menerima informasinya melalui grup Whatsapp yang dishare oleh Sekjen PGRI Situbondo persis pada hari pertama even ini sudah dimulai. Hari sudah sore, dan kebetulan sedang di luar rumah. Tapi bagaimanapun, kondisi demikian akan membuat tantangan terasa lebih berlipat. Dan keinginan saya menjawab tantangan ini berlipat pula.
Terima kasih Bapak Sahadi, atas informasi perlombaan ini dan atas motivasinya yang telah membuat saya menarik selimut tidur dan melemparnya ke tepi ranjang. Tulisan pertama ini saya dedikasikan untuk anda!
Dalam dunia entertaintment, ada teori Penampilan Pertama adalah Awal yang Menentukan. Bertambah atau berkurangnya penikmat karya kita di hari kedua sangat tergantung pada performance pertama kali.
Dan sekarang saya merasa dituntut menunjukkan hal sempurna dalam mengawali kepenulisan selama 28 hari ini. Siapa yang menuntut? Entahlah. Ya, teori yang saya ajukan itu setidaknya membebani.
Jika di hari pertama ini tulisan saya jelek, maka jangan berharap besok dan seterusnya akan ada pembaca yang melirik, apalagi membaca!
Saya menyukai dunia kepenulisan. Sejak sekolah dasar saya membaca berbagai buku _lebih banyak berupa Cergam_ yang didapat dari beragam cara; meminjam, membeli, hadiah dari paman, atau bahkan merampas dari tangan teman yang lebih lemah. Hehe.
Saking hausnya pada bacaan, jika orang tua atau paman bepergian ke Surabaya dan mereka menanyai saya tentang permintaan oleh-oleh, langsung saya jawab, “Mampir ke Astah Sunan Ampel!” Dan mereka paham bahwa saya bermaksud meminta dibelikan buku-buku cerita yang banyak dijual pedagang kaki lima di sepanjang jalur sebelum masuk area pemakaman di situ.
Ketika saya baru menekan tombol power laptop, sama sekali belum ada ide untuk menulis tentang apa. Hanya tulisan pesan bercetak tebal membayang dalam pikiran, Menulislah dengan sempurna atau tidak sama sekali!
Tuntutan pesan itu saling bertabrakan timbul tenggelam dengan pertanyaan-pertanyaan; Menulis dengan sempurna? Tentang apa? Apakah waktunya nututi?
Deadline hari pertama semakin mendekat, dan saya belum juga memutuskan mau menulis apa.
Akhirnya saya menyerah. Tapi bukan menyerah untuk menulis!
Saya campakkan teori tentang Pikatan Pandangan Pertama. Kalau terus berpegang pada teori ini, kapan saya akan memulai memencet tuts-tuts keybord laptop?
Tak apalah hari pertama ini kita berkarya tak seberapa, toh terkadang mata seseorang tidak terlalu memperhatikan pada pertemuan pertama. Masih akan ada 27 hari lagi untuk menebar pesona.
Ayolah menulis, sisihkan ketakutan tentang menulis harus bagus. Yakin saja bahwa tidak semua yang membaca karya kita adalah para penulis. Nanti ... Masih akan ada yang memuji tulisan kita yang jelek, setidaknya pujian itu datang dari mereka yang sama sekali tidak bisa menulis.
Kalaupun ada kritik pedas dari mereka yang memang penulis, itu sama sekali tidak akan membunuhmu! Alih-alih, malah kamu akan mejadi lebih kuat malu. Hehe!
Tapi percayalah, menulis dengan baik tidak selalu diawali dengan tulisan yang baik. Harry Potter adalah cerita novel karya JK. Rowling yang ditolak penerbit hingga berkali-kali. Kenyataannya ... Novel ini menjadi favorit, menarik minat seorang sutradara dan akhirnya memfilmkannya.
Ah, semoga tulisanku ini pada akhirnya juga difilmkan. Amin!
Komentar
Posting Komentar