Pawang Hujan
Oleh: Mustafa Husin Baabad
Waktu kami mau mengadakan acara Family Day di Pulau Air, panitia membuat Rencana Anggaran dan dalam break-downnya disebutkan _karena acara akan dilakukan di areal terbuka di Pulau Air, di Pulau Seribu, maka panitia menganggarkan biaya_ pembayaran Pawang Hujan.
Waktu diskusi pihak management meeting, John Bullough bertanya, "Apa itu Pawang Hujan?"
Ya, dijawab bahwa itu orang yang menawarkan jasa untuk mencegah turun hujan.
Kontan saja para manajer tertawa terbahak-bahak (VP. Finance, Drilling Manager, VP Operations, Finance Manager).
John Bullough mencoba sabar menerangkan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan Public Company dan kalau di audit ada komponen biaya seperti itu, reputasinya bisa hancur. Bisa jadi bahan tertawaan atau dituduh melakukan penggelapan. Dengan tegas dia minta komponen biaya itu (tidak peduli seberapa kecilnya) harus dibuang.
Para panitia yang semuanya orang Indonesia menolak. Mereka beralasan, kalau tidak pakai Pawang Hujan, lebih baik acara dilakukan di dalam gedung saja.
Terjadi persitegangan. Akhirnya saya sarankan: "Sudahlah, kita hapus saja nama Pawang Hujan, kita ganti saja namanya jadi Surveyor! Biayanya tetap sama!"
Semua sepakat, tidak ada lagi komponen biaya pawang hujan, yang ada surveyor.
Pada hari H saat acara berlangsung, semuanya gembira. Anak-anak balap karung, orang tua main tarik tambang, tinju bantal, dan segala macam acara lain yang sangat meriah.
Sekitar jam 4 sore seorang anak muda dengan rambut gondrong berbaju motif kotak dan lengan baju digulung tinggi di atas siku, melihat lihat kesana-kemari, kemudian melihat saya.
Saya tanya, "Cari siapa Mas?"
Dia balik tanya, "Acaranya sampai jam berapa ya Pak? Saya dikasih tahu acaranya selesai sebelum jam 4?"
"Ya memang acara utamanya sudah selesai, dan sekarang para keluarga sedang jalan-jalan saja! Kenapa sih Mas?"
"Maaf, Pak. Saya ini pawang hujannya. Saya sebentar lagi mesti pergi ke Rawa Buaya, di sana ada acara hajatan!"
"Ya, saya tidak bisa diminta mengumpulkan orang dan mengejar mereka untuk menyuruh cepat pulang. Kalau Mas mau pergi ke Rawa Buaya, ya berangkat saja!"
Kemudian dia berpesan, "Pak nanti kalau orang sudah naik ke kapal semua, tolong Bapak buang air di dalam botol kecap yang ada di bawah meja itu. Jangan lupa ya, Pak. Nanti saya bisa masalah!" Dia mengulang pesan yang sama hingga dua kali, kemudian bergegas berangkat.
Rupanya pembicaraan kami diperhatikan oleh VP Finance, Rollie Williams. Dia mendekat dan bertanya kepada saya, "Mustafa, who is that guy? I have never seen him before?" (Mustafa, siapa dia? Kok saya tidak pernah lihat dia sebelumnya?).
Saya tertawa dan menjawab, "He is the Pawang Hujan that we talked about! Now he is our surveyor!" (Dia itu Pawang Hujan yang kita bicarakan, sekarang dia kita sebut Surveyor).
Dia bertanya lagi, "What did he say to you?" (Apa yg dia bilang kepada kamu?).
Saya ceritakan bahwa dia menyuruh saya memuang air di bawah meja, dalam botol, ke pasir setelah semua orang berada di kapal.
Dia terkejut, "Oh, do you believe that?" (Apakah kamu percaya itu?).
Saya menyangkal, "Rollie, I am an engineer, I do not belive this kind of thing!" (Rollie, saya ini seorang insinyur, saya tidak percaya yang seperti itu).
Si botak Rollie, sang VP Finance tiba-tiba berinisiatif, "Then let's dump that water to the sand right now!" (Kalau begitu ayo kita buang air itu ke pasir sekarang!).
Saya terkejut dan langsung menolak. Saya tidak akan membuang air itu sampai semua orang sudah naik ke kapal.
Rolli heran, "Then, you believe it!" (Lha, kalau begitu kamu percaya, dong!).
"Tidak! Saya hanya akan membuang air itu sesuai permintaannya!" Saya tinggalkan dia, tidak mau berdebat lebih lama.
Tapi si Botak itu terus mengikuti. Dia bilang "Mustafa, then you do belive that!" (Mustafa, berarti kamu percaya sama pawang hujan!").
Si Botak itu terus menguntit sambil ngomel: "Then you believe that!"
Wah... Parah kalau sampai dia cerita ke teman-temannya, saya bisa jadi bahan tertawaan.
Akhirnya, sekedar untuk menghilangkan kesan itu, saya menyetujuinya "Okay, let's dump the water to the sand right now!"
Dan saya mengambil botol itu kemudian menuangkan airnya ke pasir di depan gedung.
Tidak lama, menggelegar suara guntur. Hujan datang bersama angin yang kuat sehingga kalau kita pakai payung, payung harus kita arahkan condong jauh kedepan (bukan cuma keatas). Payung hampir tidak ada manfaatnya.
Semua orang cepat cepat naik ke kapal untuk segera kembali ke Jakarta. Anak saya yang masih kecil basah kuyup. Bahkan mereka muntah-muntah di kapal.
Rollie William mendatangi saya dan berkata, "I really don't understand with your contry!" (Aku betul-betul tidak mengerti dengan negrimu!).
.
Komentar
Posting Komentar