Sekitar 1999, ketika senggang, saya pergi ke MAN 1 Paiton, melihat kakak sulung saya, Kak Udink membina Pramuka di sana. Kebetulan saat itu bulan Puasa. Kakak memanggil salah satu adik binaannya dan menyuruh mengkondisikan kelompoknya. Saya tidak benar-benar mengerti maksud Kak Udink.
Menjelang berbuka puasa, barulah saya paham. Siswa yang dipanggil oleh Kak Udink bersama regunya sibuk mempersiapkan buka bersama. Mereka terbagi dalam beberapa tim, ada yang memasak, mencuci piring dan sendok, mencari kayu bakar, dan lain-lain. Kerja mereka yang sigap dan tidak banyak diperintah membuat saya terkesan. Itulah awal ketertarikan saya pada dunia Pramuka.
Hasrat ingin lebih sering terlibat dalam kegiatan Pramuka menemukan pelampiasannya saat saya mengajar SD dengan status Sukwan. Setidaknya Kwarran Mlandingan mengadakan Persami setiap tahunnya. Semua guru terlibat.
Tahun 2010 alhamdulillah saya lolos seleksi CPNS. Itu membuat saya lebih sering lagi melibatkan diri dalam kegiatan karena didapuk sebagai penanggungjawab ekstrakurikuler tersebut, walaupun sebenarnya tidak tahu apa-apa kecuali sebatas mendirikan tenda.
KMD Pramuka saya ikuti tahun 2014. Pengalaman baru yang benar-benar makin membuat saya terkesan dan ingin lebih banyak lagi belajar kepramukaan. Maka ketika ada pengumuman akan dilaksanakan KML pada tahun yang sama, saya langsung mendaftar. Mungkin karena tidak gratis, saya satu-satunya lulusan KMD angkatan 2014 dari Kwarran Pramuka Suboh, yang ikut. Hampir saja keinginan saya gagal karena Ka.kwarran mengatakan saya tidak bisa ikut kalau sendirian. Minimal harus satu regu dengan anggota berjumlah delapan orang. Tapi ketika saya konfirmasikan ke Kak Basri, sekretaris Kwarcab saat itu, ternyata saya dipersilahkan ikut dan bergabung dengan regu dari Kwarran Jatibanteng yang memang saat itu kurang personel.
Sejak itu saya makin lekat dengan Pramuka. Terlebih pada tahun 2015 saya ditunjuk mengikuti Diklatsar BP13-12 Situbondo, dunia kepramukaan mulai lebih banyak saya kenal.
Sebagai satu-satunya alumbus KML saat itu, saya dipercaya menangani Sako Gugus Tiga Suboh. Setiap tahun mengadakan Persami yang diikuti oleh tujuh sekolah. Hingga pada Desember 2018, saya diminta mengawal Persami Tunjungsari XI sebagai bagian dari kepanitiaan. Sayangnya itu menjadi kegiatan terakhir karena Covid '19 menghentikan semua kegiatan bersifat umum hingga dua tahun lamanya. Kegiatan yang saya ikuti hanyalah penyemprotan disinfektan, bagi-bagi masker, dan lainnya yang hanya dilakukan dengan jumlah terbatas.
Barulah pada akhir-akhir 2021 saya mengikuti Perkemahan Wirakarya di Arjasa, Situbondo. Dilaksanakan dalam prosedur kesehatan yang ketat. Tiga hari berkemah di desa Curahtatal, Arjasa. Di sana melakukan bakti sosial, bedah rumah.
Awal bulan Juni kemaren saya diberitahu teman bahwa akan ada KPD yang dilaksanakan oleh Pusdiklatda Argasonya Jawa Timur. Biaya mandiri. Tak apa, dibanding pengalaman dan pengetahuan saya yang pasti akan meningkat, satu juta tiga ratus bukanlah masalah. Saya mendaftar kurang dari sepuluh hari sebelum ditutup.
KPD angkatan kedua tahun 2022 ini dilaksanakan dalam dua mode, Daring dan Luring. Masing-masing tiga hari. Tiga hari Daring diikuti di rumah masing-masing. Tiga hari yang Luring dilaksanakan di Pusdiklatcab Jember.
Kali ini saya menjadi peserta dari Situbondo sendirian. Dari Banyuwangi 3 orang, dan rata-rata setiap Kwarcab mengirimkan lebih banyak peserta, antara 5 hingga 9 peserta.
Saat Kak Achya menanyai motivasi keikutsertaan saya di KPD, saya mengatakan sebagai peserta satu-satunya dari Situbondo. Teman-teman memberikan applaus yang luar biasa. Mereka beranggapan, saya orang yang paling bersemangat untuk mengikuti kursus pelatih ini. Kemudian saya memberikan koreksi, bahwa saya menjadi peserta satu-satunya karena teman-teman lulusan KML lainnya sudah ikut lebih dulu beberapa tahun kemaren. Saat itu saya tidak kebagian informasi. Tahu-tahu beberapa teman menanyakan kenapa saya tidak ikut KPD di pantai Pathek, Situbondo tahun 2018. Hampir semua teman lulusan KML seangkatan saya mengikutinya.
Entah sudah berapa kali saya mengikuti kegiatan Pramuka, dan selalu saja tetap mengasyikkan. Selalu saja ada hal baru yang membuat saya bersyukur telah diberi kesempatan mengenal dunia kepramukaan ini. Setidaknya saya mendapatkan pengalaman bersama orang-orang baru dari berbagai daerah. Sebuah pengalaman yang kesannya tak akan saya lupakan.
Semoga proses Naratama I yang akan saya jalani mendapatkan dukungan dari keluarga dan dinas tempat saya bekerja, serta dari teman-teman seprofesi. Saya ingin terus melaju, mencapai batas yang saya mampu. Motif saya hanyalah mengembangkan diri dan mengabdi, semoga Tuhan meridhai. Amin.
Selanjutnya, semangat pengabdian saya bukan sekedar untuk Pramuka. Harus lebih dari itu. Karena sebagai pelatih, peran yang dilakukan tak terbatas dalam kepramukaan saja. Jiwa Pramuka hanyalah landasan saja, tetapi berkiprah tak mengenal tempat. Pramuka tak membuat batasan dunia pengabdian, melakukan hal positif di mana pun, kepada siapa pun, dan kapan pun.
Komentar
Posting Komentar