Langsung ke konten utama

Pramuka Dalam Dadaku

 


Saya mengenal dunia Pramuka sejak kelas 4 SD, berkemah untuk pertama kali waktu itu. Kemudian berkemah kedua kali kelas 6. Sejak itu tak pernah lagi. Jadi mengenal Pramuka hanya sekedar kulitnya saja, berkemah!

Di SLTP hingga SLTA tidak ada ekstrakurikuler Pramuka. Memang sekolah tidak menganggapnya penting. Saya tidak pernah menganggap Pramuka menarik, kecuali berkemahnya. Sebab memang hingga saat itu saya beranggapan Pramuka identik dengan berkemah, dan hanya itu saja.

Sekitar 1999, ketika senggang, saya pergi ke MAN 1 Paiton, melihat kakak sulung saya, Kak Udink membina Pramuka di sana. Kebetulan saat itu bulan Puasa. Kakak memanggil salah satu adik binaannya dan menyuruh mengkondisikan kelompoknya. Saya tidak benar-benar mengerti maksud Kak Udink.

Menjelang berbuka puasa, barulah saya paham. Siswa yang dipanggil oleh Kak Udink bersama regunya sibuk mempersiapkan buka bersama. Mereka terbagi dalam beberapa tim, ada yang memasak, mencuci piring dan sendok, mencari kayu bakar, dan lain-lain. Kerja mereka yang sigap dan tidak banyak diperintah membuat saya terkesan. Itulah awal ketertarikan saya pada dunia Pramuka.

Hasrat ingin lebih sering terlibat dalam kegiatan Pramuka menemukan pelampiasannya saat saya mengajar SD dengan status Sukwan. Setidaknya Kwarran Mlandingan mengadakan Persami setiap tahunnya. Semua guru terlibat.

Tahun 2010 alhamdulillah saya lolos seleksi CPNS. Itu membuat saya lebih sering lagi melibatkan diri dalam kegiatan karena didapuk sebagai penanggungjawab ekstrakurikuler tersebut, walaupun sebenarnya tidak tahu apa-apa kecuali sebatas mendirikan tenda.

KMD Pramuka saya ikuti tahun 2014. Pengalaman baru yang benar-benar makin membuat saya terkesan dan ingin lebih banyak lagi belajar kepramukaan. Maka ketika ada pengumuman akan dilaksanakan KML pada tahun yang sama, saya langsung mendaftar. Mungkin karena tidak gratis, saya satu-satunya lulusan KMD angkatan 2014 dari Kwarran Pramuka Suboh, yang ikut. Hampir saja keinginan saya gagal karena Ka.kwarran mengatakan saya tidak bisa ikut kalau sendirian. Minimal harus satu regu dengan anggota berjumlah delapan orang. Tapi ketika saya konfirmasikan ke Kak Basri, sekretaris Kwarcab saat itu, ternyata saya dipersilahkan ikut dan bergabung dengan regu dari Kwarran Jatibanteng yang memang saat itu kurang personel.

Sejak itu saya makin lekat dengan Pramuka. Terlebih pada tahun 2015 saya ditunjuk mengikuti Diklatsar BP13-12 Situbondo, dunia kepramukaan mulai lebih banyak saya kenal.

Sebagai satu-satunya alumbus KML saat itu, saya dipercaya menangani Sako Gugus Tiga Suboh. Setiap tahun mengadakan Persami yang diikuti oleh tujuh sekolah. Hingga pada Desember 2018, saya diminta mengawal Persami Tunjungsari XI sebagai bagian dari kepanitiaan. Sayangnya itu menjadi kegiatan terakhir karena Covid '19 menghentikan semua kegiatan bersifat umum hingga dua tahun lamanya. Kegiatan yang saya ikuti hanyalah penyemprotan disinfektan, bagi-bagi masker, dan lainnya yang hanya dilakukan dengan jumlah terbatas.

Barulah pada akhir-akhir 2021 saya mengikuti Perkemahan Wirakarya di Arjasa, Situbondo. Dilaksanakan dalam prosedur kesehatan yang ketat. Tiga hari berkemah di desa Curahtatal, Arjasa. Di sana melakukan bakti sosial, bedah rumah.

Awal bulan Juni kemaren saya diberitahu teman bahwa akan ada KPD yang dilaksanakan oleh Pusdiklatda Argasonya Jawa Timur. Biaya mandiri. Tak apa, dibanding pengalaman dan pengetahuan saya yang pasti akan meningkat, satu juta tiga ratus bukanlah masalah. Saya mendaftar kurang dari sepuluh hari sebelum ditutup.

KPD angkatan kedua tahun 2022 ini dilaksanakan dalam dua mode, Daring dan Luring. Masing-masing tiga hari. Tiga hari Daring diikuti di rumah masing-masing. Tiga hari yang Luring dilaksanakan di Pusdiklatcab Jember.

Kali ini saya menjadi peserta dari Situbondo sendirian. Dari Banyuwangi 3 orang, dan rata-rata setiap Kwarcab mengirimkan lebih banyak peserta, antara 5 hingga 9 peserta.

Saat Kak Achya menanyai motivasi keikutsertaan saya di KPD, saya mengatakan sebagai peserta satu-satunya dari Situbondo. Teman-teman memberikan applaus yang luar biasa. Mereka beranggapan, saya orang yang paling bersemangat untuk mengikuti kursus pelatih ini. Kemudian saya memberikan koreksi, bahwa saya menjadi peserta satu-satunya karena teman-teman lulusan KML lainnya sudah ikut lebih dulu beberapa tahun kemaren. Saat itu saya tidak kebagian informasi. Tahu-tahu beberapa teman menanyakan kenapa saya tidak ikut KPD di pantai Pathek, Situbondo tahun 2018. Hampir semua teman lulusan KML seangkatan saya mengikutinya.

Entah sudah berapa kali saya mengikuti kegiatan Pramuka, dan selalu saja tetap mengasyikkan. Selalu saja ada hal baru yang membuat saya bersyukur telah diberi kesempatan mengenal dunia kepramukaan ini. Setidaknya saya mendapatkan pengalaman bersama orang-orang baru dari berbagai daerah. Sebuah pengalaman yang kesannya tak akan saya lupakan.

Semoga proses Naratama I yang akan saya jalani mendapatkan dukungan dari keluarga dan dinas tempat saya bekerja, serta dari teman-teman seprofesi. Saya ingin terus melaju, mencapai batas yang saya mampu. Motif saya hanyalah mengembangkan diri dan mengabdi, semoga Tuhan meridhai. Amin.

Selanjutnya, semangat pengabdian saya bukan sekedar untuk Pramuka. Harus lebih dari itu. Karena sebagai pelatih, peran yang dilakukan tak terbatas dalam kepramukaan saja. Jiwa Pramuka hanyalah landasan saja, tetapi berkiprah tak mengenal tempat. Pramuka tak membuat batasan dunia pengabdian, melakukan hal positif di mana pun, kepada siapa pun, dan kapan pun.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Galeri Ramadhan

Pondok Ramadlan SDN 3 Buduan 30 Maret 2023  SDN 3 Buduan Suboh, yang awalnya merencanakan akan melakukan kegiatan Pondok Ramadhan pada tanggal 17-19 April 2023, sesuai anjuran Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, akhirnya memajukan pelaksanaan pada hari ini, Kamis 30 Maret hingga 2 April 2023. Bpk. Abdi Rasa menjadi ketua panitia kegiatan Pondok Ramadhan karena beliau adalah guru PAI di sekolah ini. Sekretaris kegiatan adalah Bpk. Lutfi Aziz, dan bendahara adalah Bpk. Aidi Kamil Baihaki. Kegiatan diawali dengan pelaksanaan shalat dhuha berjamaah. Kemudian dilanjutkan dengan seremonial pembukaan kegiatan, dipimpin oleh Ibu Rumiyati selaku kepala sekolah SDN 3 Buduan, dan doa dipimpin oleh Bpk. Lutfi Azis. Berlanjut dengan pemberian  wawasan tentang materi puasa, oleh Bpk. Abdi Rasa. Selesai materi di kelas, siswa melaksanakan tadarrus Al-Qur'an dengan dibagi menjadi kelompok putera dan kelompok puteri. Setiap siswa membaca 4 ayat dari Al-Qur'an secara bergantian. Teman yang lai

Hanya Iseng

 Lazisnu Mlandingan bersama jajaran pengurus di MWCNU Mlandingan dan semua Ketua dan Sekretaris Ranting NU di kecamatan Mlandingan melakukan kegiatan NU Berbagi pada Rabu 27 April 2022, jam 16.00 WIB di sekretariat MWCNU Mlandingan. Dokumentasi resmi bisa dikulik pada Blog NU Mlandingan Online di semua platform media sosialnya. Di sini saya hanya menempel jepret kamera hasil keisengan saja. Saya mengedit kembali semua hasil rekaman agar lebih menarik, sekaligus mencoba untuk mengakrabi fitur-fitur penyerta di hape Vivo Y51 yang baru saya beli sekitar sepuluh hari yang lalu. Saya mengeditnya sambil tertawa-tawa sendiri, ternyata banyak hasil jepretan yang lucu. Tiba-tiba timbul niat mempostingnya untuk berbagi tawa dengan pengunjung blog saya. Semoga mereka yang terekam tidak marah pada saya. Karenanya, saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.  Ampunilah saya! Walau ngantuk, tetap hadir karena jiwa militan Selalu ada tawa di setiap kebersamaan Berkiprah tak harus kaprah Niatnya sel

Kelas 5-ku

Selasa, 19 Juli 2022, hari kedua saya di SDN 3 Buduan. Tadi saya mengetes kemampuan siswa menulis dan membaca bilangan. Hanya tiga siswa yang salah menulis bilangan ratusan. Lima ratus enam ditulis 5006. Mayoritas siswa bisa melakukan dengan benar. Dalam kemampuan membaca bilangan, nilai tempat tertinggi yang bisa dibaca hanyalah puluh ribuan. Tidak ada yang bisa membaca bilangan 213458, mereka nampak bingung. Padahal Elit yang masih TK sudah bisa membaca bilangan hingga milyaran. Saya menuliskan 123456789 di papan tulis. Saya minta mereka menyebutkan bilangan tersebut, jika benar akan mendapat hadiah. Tidak ada yang mau menjawab. Sekedar memberanikan diri untuk coba-coba juga tidak ada. Entah karena status saya sebagai guru baru yang membuat mereka agak canggung, atau memang ada masalah mental di sini. Dengan penuh keyakinan saya katakan, "Hari ini kalian akan bisa membaca bilangan ini. Hanya dalam satu-dua menit saya ajarkan." Saya letakkan titik di setiap tiga digit di bil